KORANRADARKAUR.ID - Media sosial baru-baru ini dihebohkan oleh sebuah foto yang menunjukkan replika mata uang BRICS yang diungkapkan saat pertemuan puncak di Kazan, Rusia.
Dalam gambar yang viral tersebut, terlihat Presiden Rusia Vladimir Putin memegang replika yang disebut sebagai “UANG BRICS”.
Uang kertas tersebut menampilkan bendera lima negara pendiri BRICS yakni, Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Menariknya, bendera Indonesia juga terlihat dalam desain mata uang tersebut, memicu spekulasi mengenai potensi keanggotaan Indonesia dalam BRICS.
Sebagai tambahan, narasi yang beredar menyebutkan bahwa nama-nama negara yang tertulis dalam uang kertas itu adalah indikasi dari negara-negara yang berminat untuk bergabung dengan BRICS, termasuk Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Bahrain.
BACA JUGA:Kecamatan Maje Bakal Lakukan Sosialisasi Penyakit Ngorok Ternak ke Lapangan
Dalam konteks ini, KTT BRICS yang berlangsung menjadi momentum penting untuk membahas solidaritas dan kerjasama antara negara-negara berkembang.
Pada pertemuan tersebut, para pemimpin BRICS, khususnya Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Vladimir Putin membahas bagaimana BRICS dapat berfungsi sebagai platform utama bagi negara-negara berkembang.
Xi Jinping mengumumkan langkah bersejarah mengenai sistem pembayaran baru yang bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Dalam pidatonya, Jinping menekankan,
"Ada kebutuhan mendesak untuk mereformasi arsitektur keuangan internasional," dan menambahkan bahwa BRICS harus memainkan peran kunci dalam menciptakan sistem baru yang lebih adil.
BACA JUGA:Samsat Ingatkan Warga Bayar Pajak Sekarang, Tahun Depan Tak Ada Lagi Program Pemutihan
Selain Jinping, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi juga berbicara mengenai pentingnya melakukan transaksi keuangan menggunakan mata uang lokal.
Sisi menekankan bahwa kerjasama di bidang penyelesaian keuangan harus memanfaatkan keunggulan komparatif antarnegara anggota untuk mendorong proyek ekonomi dan investasi bersama.
Mesir, yang bergabung dengan BRICS pada Januari lalu, menjadi salah satu negara yang paling vokal dalam mendukung ide ini.
Dikutip dari suara.com, sistem pembayaran BRICS yang berbasis blockchain dianggap sebagai langkah penting dalam upaya de-dolarisasi.