KORANRADARKAUR.ID - Setelah kelapa sawit di Indonesia hadir di era Hindia Belanda.
Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang dikembangakan pemerintah milenial.
Sayangnya, saat penjajahan Belanda berakhir, produksi kelapa sawit di Indonesia menurut drastis.
Ya, di era penjajahan Jepang, produksi Tandan Buah Segar (TBS ) menurun tajam.
BACA JUGA:Kekejaman PKI Terhadap Masyarakat dan Pemerintah Indonesia di Luar Batas Wajar, Ini Kejadiannya
BACA JUGA:Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Ini Perkembangannya di Era Belanda
Jumlah lahan perkebunan kelapa sawit menyusut 16%.
Ini yang membuat produksi minyak sawit anjlok menjadi 56 ribu ton pada tahun 1948/1949.
Padahal pada tahun 1940, Indonesia dapat mengekspor sebanyak 250 ribu ton dan baru meningkat kembali menjadi 200 ribu ton pada tahun 1950-an.
Ketika itu, Jepang juga mengambil alih penguasaan perkebunan-perkebunan di Sumatra Timur dari pengusaha-pengusaha kecil, sehingga mengubah struktur kepemilikan.
Oleh Jepang, hasil kelapa sawit bukan untuk diekspor namun untuk memenuhi kebutuhan perang.
Sayangnya, blokade yang dilakukan pasukan Sekutu terhadap kapal-kapal Jepang di Selat Malaka membuat Jepang tidak bisa mengirim hasil kelapa sawit hingga menumpuk di gudang-gudang perkebunan.
Era penjajahan Jepang, produktivitas dan luas lahan sawit menurun drastis.
Tahun 1948-1949, produksi minyak sawit hanya mencapai 56 ribu ton, barulah meningkat sekitar 200 ribu ton pada 1950-an.
Kerja Paksa