Tak Tersentuh Aspal Selama 20 Tahun, Evakuasi Warga Tanjung Aur Kembali Pakai Kotak Kayu
Begini penampakan evakuasi warga Desa Tanjung Aur Kecamatan Maje menggunakan kotak kayu, Sastra Reza (42) menderita penyakit asam lambung, Sabtu 1 November 2025. Sumber foto: koranradarkaur.id--
MAJE – Inilah dampak buruk akibat tak tersentuh peningkatan jalan aspal dari jalan tanah merah selama 20 tahun di Desa Tanjung Aur Kecamatan Maje.
Sudah berkali – kali terjadi evakuasi warga Tanjung Aur yang sakit gunakan kotak kayu untuk dibawa turun berobat. Kali ini dialami
Sastra Reza (42) yang menderita penyakit asam lambung. Warga ini terpaksa dievakuasi menggunakan kotak kayu untuk mendapatkan perawatan medis, Sabtu 1 November 2025.
Proses evakuasi dilakukan secara gotong royong oleh puluhan warga, dari rumah Sastra menuju titik jalan utama desa sejauh sekitar 9 kilometer.
Setelah sampai di ujung rabat beton, barulah yang bersangkutan dipindahkan ke mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kaur.
evakuasi berjalan 2 jam, warga harus berjuang melintasi jalan tanah merah yang bergelombang dan tidak rata, sehingga membuat perjalanan seakin sulit.
Kepala Desa Tanjung Aur Supriyadi menjelaskan, warganya terpaksa menggunakan kotak kayu yang diikat di belakang motor grandong sebagai alat evakuasi darurat.
Di dalam kotak tersebut, pasien dibaringkan agar tetap stabil selama perjalanan.
“Langkah ini kami lakukan karena jalan dari desa menuju jalan aspal masih berupa tanah merah dengan kontur ekstrem. Mobil tidak bisa masuk, apalagi saat hujan. Sehingga kotak kayu menjadi alat evaluasi darurat kami,” ujar Supriyadi.
Menurutnya, evakuasi menggunakan kotak kayu bukan kali pertama dilakukan. Hingga kini, sudah lebih dari 17 kali warga sakit dievakuasi dengan cara serupa.
Namun belum ada tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur jalan.
“Jarak dari desa inti ke jalan aspal sekitar sembilan kilometer. Kalau ada warga yang sakit parah, satu-satunya cara ya seperti ini. Kami harus menggotong mereka dengan kotak kayu, lalu diikat dibelakang motor menggunakan karet ban. Sampai ke kilometer satu untuk dipindahkan ke mobil,” tambahnya.
Supriyadi mengaku, pihak desa telah berulang kali mengajukan permohonan pembangunan jalan. Baik itu ke Pemerintahan Daerah Kabupaten Kaur hingga ke pemerintahan pusat.
Namun upaya yang mereka lakukan belum mendapat respons. Berbagai upaya, mulai dari proposal hingga audiensi, sudah dilakukan, tetapi hasilnya tetap nihil.