Kapal Keruk Telah Tiba, Asosiasi Minta Pengerukan Alur Sesuai Target Pelindo, 10 Hari
Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara (APBB) Bengkulu, Sutarman , Jumat 22 Mei 2025-Sumber Foto: koranradarkaur.id-
BENGKULU - Ketua Asosiasi Pertambangan Batu Bara (APBB) Bengkulu, Sutarman menyambut baik kedatangan kedua kapal keruk di pelabuhan Pulau Baai.
Dimana kehadiran Kapal ini sudah lama ditunggu oleh banyak pihak untuk mengoptimalisasikan Pelabuhan Pulau Baai tersebut.
“Alhamdulillah kita bersyukur, ini ada kabar yang kita tunggu sekian lama, kita berharap ini akan segera beroprasi,” terang Sutarman pada Jumat 23 Mei 2025.
Lebih lanjut, Sutarman, menyampaikan harapan besarnya terhadap keseriusan Pelindo dalam menyelesaikan pengerukan alur sesuai dengan skema dan jadwal yang telah dijanjikan.
Menurutnya, Pelindo telah menyatakan bahwa jalur prioritas dapat dilalui kapal dalam waktu 10 hari setelah proses pengerukan dimulai.
BACA JUGA:Masyarakat Enggano Demo Kantor PT Pelindo Bengkulu, Ini Tuntutannya
BACA JUGA:Pengerukan Tak Ada Hasil, Gubernur Helmi Pertanyakan Keseriusan Pelindo II
“Kita mengharapkan skema yang dijanjikan oleh Pelindo untuk mengeruk jalur prioritas agar kapal bisa masuk dan keluar dapat dikerjakan secepatnya, seperti janji Pelindo 10 hari sudah bisa dilalui kapal,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa kehadiran kapal tersebut tidak hanya sebatas melakukan pengerukan alur, tetapi juga menjadi bagian dari proyek revitalisasi menyeluruh terhadap pelabuhan.
Menurutnya, Pelindo menamakan proyek ini sebagai revitalisasi karena cakupannya yang luas, meliputi perbaikan fisik pelabuhan secara keseluruhan.
“Proyek ini kan koherensif, makanya kawan-kawan Pelindo menamakannya sebagai revitalisasi pelabuhan. Artinya, akan ada perbaikan secara menyeluruh, tidak hanya pengerukan saja,” jelasnya.
Dari hasil pembahasan bersama, disebutkan bahwa pengerukan awal akan dilakukan hingga kedalaman minus 4,5 meter, ditambah dengan teknologi High-Tech sedalam 1 meter, sehingga mencapai kedalaman minus 5,5 meter.
Hal ini dianggap penting untuk memastikan kapal tongkang, khususnya pengangkut batu bara, dapat keluar masuk dengan lancar.
Selain itu, proyek ini juga mencakup penanganan pemecah gelombang (breakwater) dan sedimentasi agar pasir tidak kembali masuk ke jalur pelayaran.