Sambangi Bengkulu, Presiden PKS Serukan Rumah Perjuangan Hingga UMKM
Presiden PKS Dr. H Almuzzammil Yusuf, M.Si, melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Provinsi Bengkulu, Minggu 19 Oktober 2025. Sumber Foto: SAPRIAN/RKa--
Selain itu, kegiatan sosialisasi ini juga tersambung secara daring melalui Zoom Meeting dengan Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A., yang turut memberikan arahan dan pandangan strategis mengenai pentingnya Empat Pilar dalam membangun karakter bangsa.
Dalam smbutannya, Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa Empat Pilar Kebangsaan — Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika — merupakan fondasi utama yang harus dijaga dan dihidupkan di setiap sendi kehidupan berbangsa.
“MPR-RI hadir untuk memastikan nilai-nilai kebangsaan ini tidak hanya dihafal, tetapi diamalkan. Di tengah tantangan ideologi, disinformasi, dan arus budaya global, Empat Pilar menjadi jangkar moral dan kebangsaan kita bersama,” ujar Hidayat.
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat daerah dalam menjaga keutuhan bangsa.
“Bengkulu memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan. Semangat itu harus terus diwariskan kepada generasi muda agar bangsa ini tetap kokoh di tengah perubahan zaman,” tambahnya.
Sementara itu, Almuzzammil Yusuf dalam paparannya mengajak masyarakat Bengkulu untuk menjadikan nilai-nilai kebangsaan sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Ia menilai, sosialisasi ini bukan sekadar agenda formal, melainkan gerakan moral untuk memperkuat semangat persatuan.
“Empat Pilar bukan milik pemerintah atau lembaga negara saja, tapi milik seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah cahaya yang menuntun kita agar tidak tersesat oleh perpecahan, ujaran kebencian, atau fanatisme politik,” tutur Almuzzammil dengan hangat.
Ia juga menyoroti peran penting generasi muda dan para pendidik dalam menjaga nilai-nilai Pancasila di tengah derasnya arus informasi digital.
“Anak muda hari ini harus bisa menjadi duta Empat Pilar. Jadikan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan semangat persatuan, bukan perpecahan. Guru, kampus, dan komunitas punya peran strategis untuk itu,” ujarnya.
Antusiasme masyarakat Bengkulu tampak jelas dari semangat peserta yang aktif berdialog dalam sesi tanya jawab. Banyak yang mengapresiasi kehadiran langsung Almuzzammil Yusuf di Bengkulu sebagai bentuk kedekatan wakil rakyat dengan konstituennya.
Nur Aini (37), seorang guru asal Bengkulu Tengah, mengaku kegiatan ini membuka pandangannya tentang pentingnya peran warga negara dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan.
“Penjelasan Pak Almuzzammil sangat mudah dipahami. Saya jadi paham bagaimana mengajarkan Empat Pilar kepada anak-anak di sekolah dengan cara yang menyenangkan,” ujarnya.
Sementara itu, Riski (22), mahasiswa Universitas Bengkulu, menilai kegiatan ini relevan dengan tantangan generasi muda.
“Kami butuh ruang seperti ini untuk bicara soal kebangsaan. Kadang anak muda merasa jauh dari hal-hal seperti Pancasila, tapi setelah dijelaskan, ternyata nilainya sangat dekat dengan kehidupan kita,” katanya.