Sedangkan pada periode Januari–April 2026, puncak hujan diperkirakan melanda wilayah pegunungan seperti Lebong, Rejang Lebong, Mukomuko, dan Kepahiang dengan potensi banjir serta longsor.
Durasi hujan diperkirakan berlangsung cukup panjang, yakni mencapai 28 hingga 30 dasarian atau sekitar 9–10 bulan di beberapa wilayah Bengkulu.
“Waspada bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin kencang, hingga pohon tumbang pada periode akhir tahun 2025 hingga awal tahun 2026,” kata Pungky.
Sementara itu, penjabat sekretaris Daerah provinsi Bengkulu Herwan Antoni, menegaskan bahwa curah hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan bencana alam di sejumlah wilayah rawan.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat serta seluruh pihak terkait untuk selalu siaga.
“Cuaca ekstrem ini tentu harus kita waspadai. Jika curah hujan tinggi, potensi bencana seperti longsor dan banjir bisa terjadi. Karena itu perlu kesiapsiagaan, baik dari sisi masyarakat maupun dari sarana dan prasarana,” jelas Herwan.
Ia mencontohkan bahwa kawasan jalan lintas sangat rentan terdampak longsor, sementara daerah-daerah rendah biasanya berisiko banjir akibat luapan air sungai. Herwan menekankan pentingnya langkah antisipasi agar dampak bencana bisa diminimalisir.
“Kita harus mempersiapkan masyarakat agar selalu waspada. Daerah-daerah tertentu kalau hujan deras biasanya akan mengalami luapan air. Jadi kewaspadaan ini harus ditingkatkan,” ujarnya.
Herwan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kesiapan dalam menghadapi bencana.
Menurutnya, kolaborasi antarinstansi, pemerintah daerah, serta masyarakat menjadi kunci dalam mengurangi risiko bencana di Bengkulu.
“Dalam menghadapi bencana, kita harus berada dalam kondisi siaga. Semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, perlu bersinergi untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem ini,” tutup Herwan.*