KORANRADARKAUR.ID - Partai Komunis Indonesia (PKI) memilih Madiun Jawa Timur, sebagai lokasi untuk melancarkan pemberontakan yang dikenal sebagai Peristiwa Madiun pada tahun 1948.
Pilihan ini bukan tanpa alasan dan banyak yang berpendapat, bahwa lokasi tersebut memiliki keterkaitan erat dengan kondisi politik. Pascaperjanjian Renville yang ditandatangani pada 17 Januari 1948.
Dikutip dari Tempo.co, perjanjian Renville merupakan upaya mediasi Amerika Serikat yang berusaha mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda setelah proklamasi kemerdekaan.
Dalam perjanjian ini, wilayah-wilayah tertentu di Indonesia, termasuk Madiun.
Disepakati sebagai zona demiliterisasi, PKI merasa dirugikan oleh perjanjian tersebut.
BACA JUGA:Jangan Lupakan Sejarah Kekejaman PKI, Bikin Luka yang Membekas di Tengah Masyarakat
Melihat Madiun sebagai titik strategis untuk memprotes dan menantang kekuasaan pemerintah yang dianggap lemah dalam menghadapi Belanda.
Madiun memiliki sejarah kuat dalam gerakan komunis, dengan banyak basis massa dan dukungan dari pekerja serta petani setempat.
Selain itu, PKI memandang Madiun sebagai daerah yang memiliki potensi untuk membangkitkan semangat revolusi, terutama di kalangan buruh dan petani yang kecewa dengan kondisi sosial ekonomi pascaperang.
BACA JUGA:5 Perbedaan Pemberantokan PKI Madiun dan G30SPKI Jarang Diketahui, Ini Penjelasannya
PKI percaya bahwa dengan memanfaatkan ketidakpuasan ini, mereka dapat membangkitkan dukungan untuk gerakan mereka.
Namun, pilihan Madiun juga membawa risiko. Pemerintah pusat yang dipimpin oleh Soekarno sangat waspada terhadap upaya PKI untuk menggulingkan kekuasaan.
Pemberontakan yang dilancarkan pada September 1948 ini dengan cepat mendapatkan reaksi keras dari Angkatan Darat.
Dalam waktu singkat, pasukan pemerintah berhasil menghancurkan pemberontakan, dan banyak pemimpin PKI ditangkap atau dibunuh.
BACA JUGA:Kekejaman PKI 1965 Tragedi Sejarah Indonesia, Inilah Kilas Baliknya